KULTUM 7
SENIN, 17 MARET 2025
UST. ARFIE NOVRIAN, SS
 |
Ustaz Arfie memberikan Kultum Zuhur |
Indikator kualitas keimanan seseorang ada di dalam Hadits Nabi SAW. Dengan membaca dan memahami hadits ini kita dapat melihat dan mengukur kualitas kadar keimanan seseorang. Banyak orang yang menganggap Iman itu tidak dapat diukur karena iman itu wilayah privasi atau pribadi.
Hadits Nabi Muhammad SAW dari Abu Hurairah r.a :
“Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh, dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan malu itu termasuk bagian dari iman.”
Hadits diatas menjelaskan bahwa Iman memiliki banyak cabang atau indikator. Dan rasa malu adalah salah satu bagian dari cabang atau indikator Iman.
Maksud dari Malu diatas adalah pertama, malu berbuat dosa. Pada hari ini, banyak org yang tidak malu berbuat dosa di depan umum. Kedua, malu ketika tidak berbuat baik padahal dia bisa melakukan kebaikan itu.
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَــقُلْ خَــــيْرًا أَوْ لِيَـصـــمُــتْ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”
Imam Nawawi menjelaskan maksud hadis ini adalah berkata-kata yang baik lebih baik dari pada diam. Tetapi diam lebih baik dari berkata-kata yang tidak baik.
Keutamaan bagi org yang bisa menajga lidah:
1. Menjadi indikator kualitas keimanan
2. Allah akan memasukkannya ke dalam syurga.
Hadits dari Muaz bin Jabbal, dalam satu perjalanan jauh bersama Nabi SAW. Pada suatu pagi aku jalan beriringan dengan Nabi SAW dan aku bertanya kepada nabi: “Tolong ajarkan kepadaku amalan yang dapat memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari api neraka". Nabi mejawab : "Sungguh pertanyaan yang sangat bagus. Tapi amalan ini akan mudah diamalkan oleh orang yang dimudahkan oleh Allah SWT". Lalu nabi memegang lidahnya. Nabi menjawab : "Jagalah ini (Lidah)”.
3. Allah akan menjauhkannya dari api neraka
Orang yang sedang shaum, harusnya dia menjaga lidahnya. Dia tidak boleh menggunakan lidahnya untuk menyakiti saudaranya atau mengganggu tetangganya. Orang yang tidak meninggalkan kata-kata kurang pantas maka Allah tidak butuh haus dan laparnya.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903).
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1082 mengatakan bahwa hadits ini shohih)
0 Komentar